Minggu, 24 April 2016

Bubur Ayam


Azan berkumandang di setiap sudut negeri, kaki-kaki melangkah berdiri di atas sajadah, bersamaan menegakkan sholat, akupun telah siap disyafku menanti ayah mengimami sholatku bersama bunda, lalu kamipun sholat berjamaah, setelah selesai sholat aku bergegas merapikan tempat tidur lalu mandi, saat fajar tiba dimana sang mentari terbit dari ufuk timur dan diiringi oleh kokokan ayam jantan saat itu pula aku sudah siap dengan seragam yang rapi dan tasku, sebelum berangkat sekolah aku menyiapkan segelas teh dan beberapa potong roti untuk sarapannya, tidak lupa aku menyiapkan bekalku yang sebelumnya telah aku masak, setelah sarapan aku pamit kepada ayah dan bunda dan berangkat kesokolah..
Sampai di sekolah tepat dilobby sekolah aku berjumpa dengan kepala sekolah, seperti biasa akupun langsung menghampiri kepala sekolahku dan menyalami tangan kepala sekolahku “Selamat pagi pak!”sapaku “Ya pagi nak!”jawab kepala sekolah, setelah itu akupun bergegas menaiki tangga sekolah menuju lantai tiga, aku menyusuri lorong sekolah melangkah kekelasku.
Sesampainya di kelas aku langsung memeriksa seragam dan buku-bukunya di dalam tas umtuk memastikan bahwa tidak ada barang yang tertinggal, sejenakku perhatikan ruang kelasku yang masih sepi karena aku datang telalu pagi “Serasa baru kemarin aku memakai seragam putih merah dari bunda tapi sekarang aku sudah memakai seragam putih abu-abu, tak terasa waktu berlalu begitu cepat” gumamku dalam hati.
Tidak lama kemudian Dony dan Andien datang,“Pagi Taysa! Hari ini kamu datangnya pagi sekali” sapa Andien, “Pagi juga! Ya karena hari ini aku bangunya sedikit lebih cepat” jawabku  “Kamu sudah kerjakan tugas fisika dari pak guru?” tanya Dony “Ya sudahlah? Kenapa mau lihat” tanyaku “Seperti biasa, kalau kemarin kamu lihat tugas biologi sekarang gantian aku lihat fisika!”jawab Dony sambil tersenyum “Kebiasaan!” ketus Andien
Waktu telah berlalu bel pertama sekolahpun berbunyi menandakan kalau pelajaran akan segera di mulai, jam pelajaran pertama adalah matematika, dan khusus hari ini para siswa di kelas 10 IPA akan meguras seluruh pikirannya karena mereka semua akan menghadapi ulangan harian, kertas ulangan belum dibagikan namun terlihat jelas olehku wajah teman-teman yang pucat seperti akan menghadapi maut. Setelah kertas ulangan di bagikan maka sandiwarapun segera di mulai.
Beberapa siswa hanya memandang kertas ulangannya, ada yang memegangi lembar jawaban yang masih kosong namun lembar soalnya di tutup, bahkan ada yang tak menyentuh kertas ulangannya dan memilih tidur diatas meja, Aku terus membaca soal-soal yang ada dikertas ulangan tersebuat dan menuliskan beberapa jawaban. Setelah mampu manjawab beberapa soal aku memandang kearah Andien dan Dony, mereka terlihat seperti tidak mendapatkan kesulitan, padahal aku sudah merasa sedikit kebingungan.
“Jesica!” seru Yoona dari belakang ku, mendengar panggilan Yoona, Jesica pun langsung menoleh, “Ya! Ada apa?” tanya jesica “Jawaban nomor 1, 5 dan 7 apa?” tanya Yoona “ Nomor satu B, lima C, dan tujuh E, kalau nomor tiga dan delapan apa Yoona?” bisik Jesica. Aku melihat tingkah teman-temanku dan hanya diam meliaht meraka karena ini pemandangan yang sudah sering terjadi bahkan sejak awal ia duduk di bangku sekolah dasar dan salah satu alasan yang paling mendasar karena aku tidak mau di benci oleh atu kelas hanya karena melaporkan semua kecurangan yang terjadi, saat jam pelajaran hampir selesai para siswa membuat kelas gaduh untuk mengambil kesempatan bertukar jawaban


Dari tahun ketahun aku mulai mengerti itu semua adalah kebudayaan yang telah diwariskan dari dulu, sehingga menciptakan suatu kenyattan yakni ‘mencontek ditingkatkan, curang dipertahankan, buku ditinggalkan, masa depan gemilang jangan diharapkan’ semua ini hanya sebagian dari kenyataan. Kunci jawaban selalu bisa dipergunaakan dengan baik, biasanya aku melihat temanku menyelipkannya dicelah meja, jam tangan, baju, tali pinggang, bahkan kaos kaki dan masih banyak lagi. Aku rasa sebelum ulangan atau ujian mereka puasa dan mandi kembang agar rencana mereka berhasil.
Seharian penuh aku menuntut ilmu disekolah, aku seakan-akan menonton sebuah film yang sama berkali-kali, dan akhirnya tibalah waktu pulang sekolah, aku duduk dibangku lobby bersama Andien dan Dony “besokkan libur kamu mau kemana Tasya?”tanya Andien “aku akan kerumah kakek” jawabku. “kalau pulang dari rumah kakekmu jangan lupa ya oleh-olehnya” kata Dony mendengar kata-kata Dony terlihat jelas dari raut muka Andien yang menyatakan bahwa Anien ingin segera melnyapakan Dony dari muka bumi.
Aku, Andien dan Dony baru menjalani persahabatan sejak duduk di bangku SMA, kami adalah siswa lulusan sekolah negeri yang sama dan sama-sama masuk sekolah swasta karen nilai akhir kami yang tak cukup untuk masuk kesekolah negeri. Karena kesamaan dalam nasib kami sering bersama, kami selalu membahas semua yang berhubungan tentang politik, ekonomi, pendidikan yang ada didunia terutama diIndonesia dan semua yang berhubungan dengan kehidupan. Jika kami bertiga sudah membahasnya maka perdebatan kami lebih seru dari pada rapat anggota DPR.
“Kan aku cuma sehari dirumah kakek, hari minggu pagi aku sudah pulang, lagian aku kesana karena kebetulan kakek besok ulang tahun jadi keatangan kami sebagai sebuah kejutaan, bukannya intik liburan semata” kataku pada Dony “Ya baiklah Tasya, jangan marah, akukan hanya bercanda” jawab Dony. “aku hanya menjawabnya dengan senyuman, setelah beberapa menit aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.
Hari ini dirumah aku membantu bunda menyiapkan segala keperluan selama diperjalan, setelah semua siap aku dan bunda menunggu ayah pulang kerja. Pukul setengan empat ayah pulang aku membantu bunda memasukkan semua barang yang telah kami siapkan kedalam bagasi mobil sehingga tepat pada pukul empat sore aku, ayah dan bunda langsung berangakat menuju rumah kakek. Dan untunglah jarak kotaku tinggal dengan tempat tinggal kakek tidak terlalu jauh sehingga kami menempu perjalan hanya dalam waktu beberapa jam. Saat hari telah gelap kami baru tiba di rumah kakek, karena terlalu lelah malam ini aku tidak bisa menghabisakan waktu bersama kakek dan memilih untuk segera istirahat.
Esok paginya setelah sholat subhu kakek mengajakku untuk megelilingi desa, kakek  membawaku kebukit dibelakan desa, perlahan langit mulai menderang, sang mentari pun terbit, embun pagi mulai naik, gerap mulai pergi berkejaran dengan cahaya sang mentari, dari atas bukit mataku seakan tak dapat terpejam, setelah mentari menyinari seluruh alam, kulihat ladang hijau,padi disawah yang mulai menguning, tampak desa kecil kakek yang dipagari oleh hutan yang rimbun, serta sungai jerni yang megalir disisi desa. “Indah kek! Tuhan maha adil, di saat ada tempat dimana sulit meraih kedamaian tuhan telah menyiapkan tempat lain yang memberi lebih dari kedamaian.”kataku. Perasaanku seakan melayang terhembus angin yang bertiup pelan.
Namun semua ketenangan yang kurasakan langsung hilang seketika tatkala aku mengingat semua masalah yang terjadi diIndonesia. “Kek, aku rasa tempat ini akan bernasip sama dengan dikota, dan aku rasa dimasa depan indonesia hanya tinggal sejarah dan yang tersisa cuma puing bangunan yang terbengkalai.”ketusku kesal “Itukan rasanya Tasya saja, setiap orangkan berbeda, mungkin Tasya merasa pahit namun orang lain mungkin akan merasa manis. Ayo Tasya sekarang ikut kakek” kata kakek sembari menggandeng tanganku.
Kami berjalan menuruni bukit, “Kakek menurut kakek apakah sikap Nasionalisme bangsa yang dimiliki oleh orang-orang dulu akan bertahan, tapi sekarang kakek lihat, banyak sekali berita yang menyatakan bahwa moral bangsa sudah hampir hilang sepenuhnya.” Namun kakek hanya diam dan terus berjalan. “Kakek, Tasya hanya minta pendapat kakek, usia kakek lebih tua dibanding usia Indonesia yang merdeka, kakek tentu tahu bagaiman perkembangan Indonesia yang awalnya semakin maju, namun sekarang malah sebaliknya.” Sekali lagi kakek tidak menjwab apa-apa dan terus berjalan. “Kakek, saat ini Bangsa kita sudah terlanjur berada dalam keterpurukan menurut kakek apa yang harus kita lakukan” tanyaku sekali lagi dan kakek tetap tak menjawab, karena kesal akupun berhenti bertanya.
“Sudah sampai” seru kakek, kami berhenti didepan sebuah pondok yang tepat didepannya terpampang sebuah spanduk yang bertuliskan ‘Bubur Ayam Datuk Selamet’ meliahat spanduk itu aku menyimpulkan bahwa rasa lapar akan membuat seseorang tidak mendengar apa-apa dan tidak mau menghiraukan apapun “Ayo Tasya kita masuk, kamu pasti lapar” kata kakek. Aku duduk di salah satu bangku menunggu kakek yang sedang memesan bubur, aku melihat kakek berbisik dengan si pedagang bubur ayam, sepertinya kakek merencanakan sesuatu.
Kakekpun datang dan meletakkan dua mangkok bubur diatas meja, tepat dihadapanku aku hanya melihat bubur nasi putih di dalm mangkok, “Kakek, disini memesan bubur ayamkan?” tanyaku heran, kakek hanya tersenyum “lalu, kenapa hany bubur nasi dimana potongan ayam, bumbu, sambal, da kerupuk pangsit, serta minyak kacang kedelainya?” tanyaku lagi kakek tidak mau menjawab pertanyaanku.
Tidak lama kemudian sipedagang bubur datang membawa mangkok-mangkok kecil, dan ternyata isinya bahan pelengkap bubur “kenapa harus dipisahkan kek?” tanyaku lagi. “kakek akan menjawab pertanyaan Tasya pa sikap yang harus dimiliki setiap orang saat Indonesia sudah jatuh dalm keterpurukan dan krisis seperti saat ini?” jawab kakek. “Tasya tidak mengerti maksud kakek” kataku semakin bingung
“ Indonesia ibaratkan beras, para pahlawan mereka adalah petani yang menanam padi hingga menjadi beras, kita generasi bangsa bertugas mengumah beras menjadi nasi, namun karena kesalahan kita sendiri maka beras yang seharusnya menjadi nasi malah terlanjur menjadi bubur, dan nasi yang menjadi bubur tidak akan bisa menjadi nasi kembali” Jelas kakek, aku mulai mengerti maksud kakek sekarang.
“Baiklah, ini adalah bumbu yang melambangkan Bhinneka Tunggal Ika, Bumbu ini terdiri dari rempah yang berbeda baik ukuran maupun rasa, terdapat garam, gula, dan masih banyak lagi, walau berbea namun jika di satukan akan membuat suatu makanan menjadi lezat, makanan tidak akan lezat jika kamu hanya menambahkan satu jenis rempah, hanya garam” kata kakek sambil mencampurka bumbu kedalam bubur “Jadi ibaratkan warga negara Indonesia, yang berbeda baik suku maupun agama jika bersatu akan memberteguh bangsa Indonesia, dan tidak akan bisa jika bangsa Indonesia tidak bersatu, ibarat suku batak hanya bisa bersatu dengan yang satu suku tidak akan mewujudkan jiwa persatuan dan keteguhan dalam suatu bangsa, benarkan kek?” kataku sebagai bentuk pahamku
“Ya benar, potongan ayam dan kacang kedelai ini ibaratkan kedewasaan, setelah daging ayam  kacang kedelainya matang dengan proses masak disertai bumbu maka akan menambah keistimewaan dan kelengkapan, sikap dewasa suatu individu jika digabungkan satu sama lain akan memajukan kesejahteraan dan kemakmuran bagi Indonesia” kata kakek lalu mencampurkan ayam kedalam bubur. “lalu untuk apa sambal dan kerupuk pangsitnya?” tanyaku pada kakek “Indonesia terkenal dengan ciri khas sambalnya yang pedas, ini melambangkan ciri khas tekat dan keberanian bangsa indonesia yang luar biasa, lalu kerupuk pangsitnya memberi arti sebagai pelengkap yaitu negara kita ini akan lebih lengkap jika ditaburi dengan kejujuran” jawab kakek, dan dua porsi bubur ayam spesial pun telah siap.
“dan satu lagi, walau kita sudah membuat bubur nasi ini menjadi pengganti nasi namun kita tidak boleh lalai lagi. Jika kita memasak nasi maka masaklah nasi, jangan samapai kita melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, jika kita sudah menjadikan bangsa Indonesia lepas dari keterpurukan maka jangan sampai Indonesia kembali kedalam keterpurukan, bubur ini hanya sebagai salah satu cara penggambaran nasionalime, jika ini adalah nasi maka kamu akan membuat lebih dari ini semua.” Jelas kakek
Kakek benar, jika bubur aku hanya bisa menambah bebrapa pelengkap maka bila nasi aku bisa menambahkan ikan, ayam, dan sayur mayur tanpa menghilangkan satu bentuk pelengkap dari bubur, saat terpuruk aku bisa bersikap bersatu, dewasa, tekat, keberanian dan kejujuran maka setelah lepas dari keterpurukan aku bisa menambahnya dengan prestasi dan masih banyak lagi. Aku belajar dari semangkok bubur nasi, dan aku bisa menyampaikan ini kepada Andien dan Dony bahkan seluruh Rakyat Indonesia.


‘Jika kau dapat mengubah kesalahan menjadi istimewa, maka jangan kau ulangi kesalahan yang sama namun mempertahankan keistimewaan menjadi lebih’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hahaha.. Ado- Ado Bae   Disebuah ruangan diadakan rapat panitia pelaksanaan acara, Bujang juga terlibat sebagai panitia acara. Saat ini ...