Folklores of JAMBI PROVINCE
THE BESUMPAH (SWEARING) STONE
The swearing stone locally known as Bersumpah stone is one of the old myths that is long believed by most of Kubu Kejasung people living in Baru Village, Air Hitam subdistrict, Sarolangun regency. The Kubu people who live anywhere in Jambi also believe it, yet not all the people out of tribe.
The Besumpah stone is a big stone, just as big a mature elephant. There are two footprints on its upper surface, each of which belongs to Orang Kayo Hitam and Datuk Temenggung Merah Mato. One upon a time, its was a place where Orang Kayo Hitam stated his vows. One of the vows stated that they would establish and develop Jambi. The vow was stated after he engaged with Princes Pinang Masak, Datuk Temenggung Merah Mato's daughter to live with her ever after.
After stating the vow, Orang Kayo Hitam stepped on the Besumpah stone, followed by Datuk Temenggung Merah Mato. The swearing moment was also witnessed by all Kubu people. Bassed on a story, the size of the footprints is much bigger than modern man's footprints. It's as big as five mature man's feet combinate.
The existence of the Besumpah stone is deified by Kubu people. Until now, anyone of Kubu people who will be chosen as the leader of the tribe must state the vows before the stone.
Rabu, 30 November 2016
Kamis, 20 Oktober 2016
teman
Awalnya tak pernah ada hal yang terlintas untuk bertemu. Di awali dengan pertemuan dan perkenalan, waktu yang menyatukan hingga kita saling mengerti satu sama lain, rasa peduli dan sayang satu sama lain, membuat suatu ikatan antara kau dan aku, antara kita samua yaitu teman, bukan teman tapi sahabat, yang selalu ada satu sama lain, satu kata yang mengandung sejuta makna, kata sederhana tapi istimewa
karena aku temanmu dan kamu temanku
karena aku temanmu dan kamu temanku
Selasa, 26 Juli 2016
Pantun Ojo Serius
PANTUN
OJO SERIUS
Karya Syela Mahliga W
Kain tenun pandai singkek
Di lipat dalam baki
Terbahak-bahak si kakek
Melihat ular tak berkaki
Jalan-jalan ke Cina
Jangan lupa makan rendang
Ayo tebak mau kemana
Kalau sapi pulang kekandang
Burung kenari menari-nari
Biji kemiri dibelah dua
Jangan sampai sesalkan diri
Sedih hati di hari tua
OJO SERIUS
Karya Syela Mahliga W
Kain tenun pandai singkek
Di lipat dalam baki
Terbahak-bahak si kakek
Melihat ular tak berkaki
Jalan-jalan ke Cina
Jangan lupa makan rendang
Ayo tebak mau kemana
Kalau sapi pulang kekandang
Burung kenari menari-nari
Biji kemiri dibelah dua
Jangan sampai sesalkan diri
Sedih hati di hari tua
Jumat, 24 Juni 2016
Senja
SENJA
Dulu sebelum mentari
tenggelam
Tawa dan canda memecah
hening
Teriakan dan tangisan
Dan derap langkah
Matahari terus bergerak
Bergerak kebarat
Perlahan dan perlahan
Tak berhenti bergerak
Roda sepeda berputar
Berjalan diatas jalanan
Larian anak kecil
Dan permainan kecil
Mentari
akan tenggelam
Dan
senja akan tiba
Mereka
habiskan waktu
Untuk
bermain bersama
Dihalaman rumahku
Duluku bermain bersama
Bergembira, tertawa
Menangis dan bertengkar
Setelah
senja datang
Sebelum
adzan berkumandang
Semua
telah tiba dirumah
Atau
sudah siap dimusolah
Menanti azdan maghrib
Menunggu malam tiba
Setelah maghrib
Orang pulang dari
musolah
Kini
telah berubah
Tak
semua anak bermain
Tertawa
atau bertengkar
Taka
ada yang menanti senja
Mereka sibuk dengan
benda itu
Ya benda yang mengubah
Mengubah segalanya
Gadget dan globalisasi
Tak
ada percakapan
Hanya
mata yang tertuju
Melihat
layar datar
Menggeseknya
dengan jemari
Bahkan tak peduli pada
adzan
Sedikit yang mau
melangkah
Berdiri untuk sholat
Mohonkan doa
Walau
mungkin masih ada
Masih
ada yang mau bermain
Berlari
dan bersepeda
Namun
tak semeriah dulu
Kini tinggal sunyi
Tak ada yang menanti
Menanti senja
Menunggu malam tiba
Kamis, 09 Juni 2016
5 menit
5 menit
Hal
ini berhubungan dengan makanan, tapi bukan cara masak atau penyajian makanan
dengan waktu 5 menit, tapi berhubungan dengan kebiasaan. Ada kebiasaan memakan
makanan yang telah jatuh, baik ke lantai, ataupun ke tanah, makanan yang telah
jatuh selagi belum 5 menit terjatuh bisa segera diambil dan dimakan kembali,
biasanya makanan yang dapat diambil lagi seperti roti, keripik, kerupuk,
ataupun permen. Jika makannya terkena pasir maka hanya dibersihkan saja, dan
bila yang jatuh itu permen membersihkannya dengan mencekupkannya kedalam air
biasa atau air panas.
Selain
itu ada mitos tentang makanan jatuh, jika sudah jatuh lebih dari 5 menit tidak
boleh diambil, dengan alasan sudah kotor, dan juga ada alasan bahwa makanan itu
akan dimakan setan atau jin, makanan jatuh juga sebagai pengungkapan bahwa ada
orang yang menginginkan makanan tersebut, jadi harus direlakan. Percaya atau
tidak tapi kebiasaan ini telah terjadi.
Saat
yang menyenangkan disaat kita dapat tersenyum dengan tulus melihat orang
lain bahagia
Kau
tak akan tahu kapan kebahagiaan menghapus sedih
Dan
kapan kebahagiaan sirna saat sedih menerpa
Cuma
waktu yang dapat menunjukkannya kepadamu
Karena
Tuhanlah yang maha tahu
Jika
kau inginkan kebahagiaan....
Maka
tebarkanlah kebaika
Bintang
itu seperti dosa dan pahala
Karena
kau tak akan mampu untuk menghitungnya
Bunga
itu mekar untuk layu
Begitu
pula hidup
Tapi
kita bukan bunga yang hanya mekar
Tapi
kita adalah bunga yang memberi makna
Seperti
bunga yang menebarkan keharumannya
Seperti
bunga yang menunjukkan keindahannya
Kita
harus menebarkan kebaikan
Dan
menunjukkan kebenaran
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Minggu, 08 Mei 2016
Syalala
BY SYELA
MAHLIGA. W
<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><
><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>
><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>><<>
Orang bijak
berfikir sebelum bertindak
Orang yang
kurang bijak bertindak dulu baru berfikir
Dan orang
yang selalu mencari masalah
Terus bertindak
tanpa berfikir
Merasa nyaman dengan yang
dirasakan
Saat orang lain malah merasa
tertekan
Banyak orang yang berpura-pura demi
suatu perhatian
Satu detik sangat berharga
Namun banyak orang yang
Menyia-nyiakan setiap jam
Dalam hidupnya
Sulit untuk membaca pikiran orang
lain
Sulit untuk memahami perasaan orang
lain
Sulit untuk mengalah pada orang lain
Namun tak akan sulit untuk perduli pada orang lain.
Apakah
hidup itu?
Hidup
adalah....
Apa
yang kau rasakan, kau lihat, dan kau dengar.
Aku
telah jatuh cinta
Jatuh
cinta pada negeriku
INDONESIA.
Lambat laun seiring berjalannya waktu
Kini baru tersadari bahwa waktu telah mengubah
segalanya
Semakin lama mengiringi berjalannya waktu
Maka semakin jauh langkah tersesat
Saat ini sulit mengingat jalan pulang
Namun tetap berusaha sebelum benar-benar
tersesat
Dan tak bisa kembali kejalan yang
seharusnya di tuju.
Kamis, 05 Mei 2016
Tersenyum walau sakit
Tertawa walau pedih
Tetap gembira walau sedih
Karena membiarkan diri dalam
luka hati
Sangat tak berarti
Andai aku punya sayap, kukan terbang menggapai bintang...
Andai aku dapat melompat tinggi, kukan melompat menggapai
awan...
Namun aku hanyalah manusia biasa yang menatap langit dari
bumi...
Aku hanya bisa menanam harapan dan menanti
keberhasilan dengan usaha.
Hidup tak pernah lepas dari
masalah
Tapi hidup tak akan lepas
dari bahagia
Jadi jangan menyerah jika
berhadapan dengan masalah
Namun jangan juga membuat
masalah
Karena bahagia tak datang
begitu saja
******************************************************************************************************************************************************************
Ada seseorang yang mengatakan hal-hal ini:
Aku
selalu tahu apa yang orang pikir kan tentang diriku, ku gunakan kepribadian yang
berbeda di tempat yang berbeda, dengan begitu aku bisa tahu dari sisi mana
orang menilai ku. Tak ada satupun orang yang menyadarinya, aku berharap dengan
begitu aku bisa memperbaiki diri menjadi yang lebih baik lagi. Semua kritik dan
saran mereka ku gunakan untuk mengoreksi apa hal yang salah dariku, banyak yang
membenci keperibadian dari diriku padahal aku menggunakan kepribadian orang
lain, sehingga aku tahu apa yang dirasakan orang lain yang kepribadiannya aku
tiru. Jika ada orang yang tahu kalau aku menjadi diri orang lain mungkin mereka
menyuruhku untuk menjadi diriku sendiri bukan diri orang lain dan aku akan
mengatakan bahwa itulah diriku yang sebenarnya yaitu menjadi orang lain. Coba
kalian pikirkan jika seseorang yang sering berbohong dia pasti bisa mengetahui
jika ada orang lain berbohong terhadap dirinya karena dia bisa tahu apakah
orang tersebut bohong atau tidak. Jadi intinya kita bisa mengetahui apa yang
orang lain lihat, lakukan, rasakan,
dengan menjadi orang tersebut. Tapi jangan terus-menerus menjadi orang lain,
kembalilah menjadi diri kita sendiri sesuai situsi dan dimana kita berada.
Aku
berbeda dengan yang lain, mungkin ada yang sama sepertiku namun hanya sebagian
kecil saja. Setiap detik aku memikirkan sesuatu yang mungkin pada dasarnya
secara umum gak ada yang memikirkan hal yang sama denganku, aku selalu
memikirkan suatu hal sampai yang paling kecil sekalipun, mungkin orang akan
merasa aneh dan heran karena sikap ku. Aku selalu bertindak konyol, namun aku
merasa menyesal karena aku menyadari bahwa tindakanku itu sangat memalukan.
Mungkin jika orang lain menjadi diriku mereka akan mengakhiri hidup mereka
namun pemikiranku tidak sependek itu, terkadang terlintas di benakku untuk
mengubah sifatku tapi itu sulit kerena terkadang kepribadianku sering berubah.
Banyak kesalahan yang aku perbuat dan akupun menyadarinya, aku berusaha
memperbaikinya namun semua terjadi di luar rencana. Aku adalah orang yang
selalu mempunyai rencana, namun aku aku selalu berfikir tanpa tindakan sehingga
aku selalu di pandang salah.
Aku mengetahui hal yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahuinya, aku merasakan apa yang orang lain rasakan walau hanya beberapa orang. Aku akui pemikiranku sangat aneh dan tidak masuk akal, hanya sebagian kecil yang dapat menerima cara berfikirku, itupun jika mereka benar-benar mengenaliku. Aku adalah orang yang ceroboh, dan itu adalah hal yang sedang aku coba untuk merubahnya.
Aku mengetahui hal yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahuinya, aku merasakan apa yang orang lain rasakan walau hanya beberapa orang. Aku akui pemikiranku sangat aneh dan tidak masuk akal, hanya sebagian kecil yang dapat menerima cara berfikirku, itupun jika mereka benar-benar mengenaliku. Aku adalah orang yang ceroboh, dan itu adalah hal yang sedang aku coba untuk merubahnya.
Minggu, 24 April 2016
Azan berkumandang di setiap sudut
negeri, kaki-kaki melangkah berdiri di atas sajadah, bersamaan menegakkan
sholat, akupun telah siap disyafku menanti ayah mengimami sholatku bersama
bunda, lalu kamipun sholat berjamaah, setelah selesai sholat aku bergegas
merapikan tempat tidur lalu mandi, saat fajar tiba dimana sang mentari terbit
dari ufuk timur dan diiringi oleh kokokan ayam jantan saat itu pula aku sudah
siap dengan seragam yang rapi dan tasku, sebelum berangkat sekolah aku
menyiapkan segelas teh dan beberapa potong roti untuk sarapannya, tidak lupa
aku menyiapkan bekalku yang sebelumnya telah aku masak, setelah sarapan aku
pamit kepada ayah dan bunda dan berangkat kesokolah..
Sampai di sekolah tepat dilobby
sekolah aku berjumpa dengan kepala sekolah, seperti biasa akupun langsung
menghampiri kepala sekolahku dan menyalami tangan kepala sekolahku “Selamat
pagi pak!”sapaku “Ya pagi nak!”jawab kepala sekolah, setelah itu akupun
bergegas menaiki tangga sekolah menuju lantai tiga, aku menyusuri lorong
sekolah melangkah kekelasku.
Sesampainya di kelas aku langsung
memeriksa seragam dan buku-bukunya di dalam tas umtuk memastikan bahwa tidak
ada barang yang tertinggal, sejenakku perhatikan ruang kelasku yang masih sepi
karena aku datang telalu pagi “Serasa baru kemarin aku memakai seragam putih
merah dari bunda tapi sekarang aku sudah memakai seragam putih abu-abu, tak
terasa waktu berlalu begitu cepat” gumamku dalam hati.
Tidak lama kemudian Dony dan Andien
datang,“Pagi Taysa! Hari ini kamu datangnya pagi sekali” sapa Andien, “Pagi
juga! Ya karena hari ini aku bangunya sedikit lebih cepat” jawabku “Kamu sudah kerjakan tugas fisika dari pak
guru?” tanya Dony “Ya sudahlah? Kenapa mau lihat” tanyaku “Seperti biasa, kalau
kemarin kamu lihat tugas biologi sekarang gantian aku lihat fisika!”jawab Dony
sambil tersenyum “Kebiasaan!” ketus Andien
Waktu telah berlalu bel pertama
sekolahpun berbunyi menandakan kalau pelajaran akan segera di mulai, jam
pelajaran pertama adalah matematika, dan khusus hari ini para siswa di kelas 10
IPA akan meguras seluruh pikirannya karena mereka semua akan menghadapi ulangan
harian, kertas ulangan belum dibagikan namun terlihat jelas olehku wajah
teman-teman yang pucat seperti akan menghadapi maut. Setelah kertas ulangan di
bagikan maka sandiwarapun segera di mulai.
Beberapa siswa hanya memandang
kertas ulangannya, ada yang memegangi lembar jawaban yang masih kosong namun
lembar soalnya di tutup, bahkan ada yang tak menyentuh kertas ulangannya dan
memilih tidur diatas meja, Aku terus membaca soal-soal yang ada dikertas
ulangan tersebuat dan menuliskan beberapa jawaban. Setelah mampu manjawab
beberapa soal aku memandang kearah Andien dan Dony, mereka terlihat seperti
tidak mendapatkan kesulitan, padahal aku sudah merasa sedikit kebingungan.
“Jesica!” seru Yoona dari belakang ku, mendengar
panggilan Yoona, Jesica pun langsung menoleh, “Ya! Ada apa?” tanya jesica “Jawaban
nomor 1, 5 dan 7 apa?” tanya Yoona “ Nomor satu B, lima C, dan tujuh E, kalau
nomor tiga dan delapan apa Yoona?” bisik Jesica. Aku melihat tingkah
teman-temanku dan hanya diam meliaht meraka karena ini pemandangan yang sudah
sering terjadi bahkan sejak awal ia duduk di bangku sekolah dasar dan salah
satu alasan yang paling mendasar karena aku tidak mau di benci oleh atu kelas
hanya karena melaporkan semua kecurangan yang terjadi, saat jam pelajaran
hampir selesai para siswa membuat kelas gaduh untuk mengambil kesempatan
bertukar jawaban
Dari tahun ketahun aku mulai
mengerti itu semua adalah kebudayaan yang telah diwariskan dari dulu, sehingga
menciptakan suatu kenyattan yakni ‘mencontek ditingkatkan, curang
dipertahankan, buku ditinggalkan, masa depan gemilang jangan diharapkan’ semua
ini hanya sebagian dari kenyataan. Kunci jawaban selalu bisa dipergunaakan
dengan baik, biasanya aku melihat temanku menyelipkannya dicelah meja, jam
tangan, baju, tali pinggang, bahkan kaos kaki dan masih banyak lagi. Aku rasa
sebelum ulangan atau ujian mereka puasa dan mandi kembang agar rencana mereka
berhasil.
Seharian penuh aku menuntut ilmu
disekolah, aku seakan-akan menonton sebuah film yang sama berkali-kali, dan
akhirnya tibalah waktu pulang sekolah, aku duduk dibangku lobby bersama Andien
dan Dony “besokkan libur kamu mau kemana Tasya?”tanya Andien “aku akan kerumah
kakek” jawabku. “kalau pulang dari rumah kakekmu jangan lupa ya oleh-olehnya”
kata Dony mendengar kata-kata Dony terlihat jelas dari raut muka Andien yang
menyatakan bahwa Anien ingin segera melnyapakan Dony dari muka bumi.
Aku, Andien dan Dony baru menjalani
persahabatan sejak duduk di bangku SMA, kami adalah siswa lulusan sekolah
negeri yang sama dan sama-sama masuk sekolah swasta karen nilai akhir kami yang
tak cukup untuk masuk kesekolah negeri. Karena kesamaan dalam nasib kami sering
bersama, kami selalu membahas semua yang berhubungan tentang politik, ekonomi,
pendidikan yang ada didunia terutama diIndonesia dan semua yang berhubungan
dengan kehidupan. Jika kami bertiga sudah membahasnya maka perdebatan kami
lebih seru dari pada rapat anggota DPR.
“Kan aku cuma sehari dirumah kakek,
hari minggu pagi aku sudah pulang, lagian aku kesana karena kebetulan kakek
besok ulang tahun jadi keatangan kami sebagai sebuah kejutaan, bukannya intik liburan
semata” kataku pada Dony “Ya baiklah Tasya, jangan marah, akukan hanya
bercanda” jawab Dony. “aku hanya menjawabnya dengan senyuman, setelah beberapa
menit aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.
Hari ini dirumah aku membantu bunda
menyiapkan segala keperluan selama diperjalan, setelah semua siap aku dan bunda
menunggu ayah pulang kerja. Pukul setengan empat ayah pulang aku membantu bunda
memasukkan semua barang yang telah kami siapkan kedalam bagasi mobil sehingga
tepat pada pukul empat sore aku, ayah dan bunda langsung berangakat menuju
rumah kakek. Dan untunglah jarak kotaku tinggal dengan tempat tinggal kakek
tidak terlalu jauh sehingga kami menempu perjalan hanya dalam waktu beberapa
jam. Saat hari telah gelap kami baru tiba di rumah kakek, karena terlalu lelah
malam ini aku tidak bisa menghabisakan waktu bersama kakek dan memilih untuk
segera istirahat.
Esok paginya setelah sholat subhu
kakek mengajakku untuk megelilingi desa, kakek
membawaku kebukit dibelakan desa, perlahan langit mulai menderang, sang
mentari pun terbit, embun pagi mulai naik, gerap mulai pergi berkejaran dengan
cahaya sang mentari, dari atas bukit mataku seakan tak dapat terpejam, setelah
mentari menyinari seluruh alam, kulihat ladang hijau,padi disawah yang mulai
menguning, tampak desa kecil kakek yang dipagari oleh hutan yang rimbun, serta
sungai jerni yang megalir disisi desa. “Indah kek! Tuhan maha adil, di saat ada
tempat dimana sulit meraih kedamaian tuhan telah menyiapkan tempat lain yang
memberi lebih dari kedamaian.”kataku. Perasaanku seakan melayang terhembus
angin yang bertiup pelan.
Namun semua ketenangan yang
kurasakan langsung hilang seketika tatkala aku mengingat semua masalah yang
terjadi diIndonesia. “Kek, aku rasa tempat ini akan bernasip sama dengan
dikota, dan aku rasa dimasa depan indonesia hanya tinggal sejarah dan yang
tersisa cuma puing bangunan yang terbengkalai.”ketusku kesal “Itukan rasanya
Tasya saja, setiap orangkan berbeda, mungkin Tasya merasa pahit namun orang
lain mungkin akan merasa manis. Ayo Tasya sekarang ikut kakek” kata kakek
sembari menggandeng tanganku.
Kami berjalan menuruni bukit,
“Kakek menurut kakek apakah sikap Nasionalisme bangsa yang dimiliki oleh
orang-orang dulu akan bertahan, tapi sekarang kakek lihat, banyak sekali berita
yang menyatakan bahwa moral bangsa sudah hampir hilang sepenuhnya.” Namun kakek
hanya diam dan terus berjalan. “Kakek, Tasya hanya minta pendapat kakek, usia
kakek lebih tua dibanding usia Indonesia yang merdeka, kakek tentu tahu
bagaiman perkembangan Indonesia yang awalnya semakin maju, namun sekarang malah
sebaliknya.” Sekali lagi kakek tidak menjwab apa-apa dan terus berjalan.
“Kakek, saat ini Bangsa kita sudah terlanjur berada dalam keterpurukan menurut
kakek apa yang harus kita lakukan” tanyaku sekali lagi dan kakek tetap tak
menjawab, karena kesal akupun berhenti bertanya.
“Sudah sampai” seru kakek, kami
berhenti didepan sebuah pondok yang tepat didepannya terpampang sebuah spanduk
yang bertuliskan ‘Bubur Ayam Datuk Selamet’ meliahat spanduk itu aku
menyimpulkan bahwa rasa lapar akan membuat seseorang tidak mendengar apa-apa
dan tidak mau menghiraukan apapun “Ayo Tasya kita masuk, kamu pasti lapar” kata
kakek. Aku duduk di salah satu bangku menunggu kakek yang sedang memesan bubur,
aku melihat kakek berbisik dengan si pedagang bubur ayam, sepertinya kakek
merencanakan sesuatu.
Kakekpun datang dan meletakkan dua
mangkok bubur diatas meja, tepat dihadapanku aku hanya melihat bubur nasi putih
di dalm mangkok, “Kakek, disini memesan bubur ayamkan?” tanyaku heran, kakek
hanya tersenyum “lalu, kenapa hany bubur nasi dimana potongan ayam, bumbu,
sambal, da kerupuk pangsit, serta minyak kacang kedelainya?” tanyaku lagi kakek
tidak mau menjawab pertanyaanku.
Tidak lama kemudian sipedagang
bubur datang membawa mangkok-mangkok kecil, dan ternyata isinya bahan pelengkap
bubur “kenapa harus dipisahkan kek?” tanyaku lagi. “kakek akan menjawab
pertanyaan Tasya pa sikap yang harus dimiliki setiap orang saat Indonesia sudah
jatuh dalm keterpurukan dan krisis seperti saat ini?” jawab kakek. “Tasya tidak
mengerti maksud kakek” kataku semakin bingung
“ Indonesia ibaratkan beras, para
pahlawan mereka adalah petani yang menanam padi hingga menjadi beras, kita
generasi bangsa bertugas mengumah beras menjadi nasi, namun karena kesalahan
kita sendiri maka beras yang seharusnya menjadi nasi malah terlanjur menjadi
bubur, dan nasi yang menjadi bubur tidak akan bisa menjadi nasi kembali” Jelas
kakek, aku mulai mengerti maksud kakek sekarang.
“Baiklah, ini adalah bumbu yang
melambangkan Bhinneka Tunggal Ika, Bumbu ini terdiri dari rempah yang berbeda
baik ukuran maupun rasa, terdapat garam, gula, dan masih banyak lagi, walau
berbea namun jika di satukan akan membuat suatu makanan menjadi lezat, makanan
tidak akan lezat jika kamu hanya menambahkan satu jenis rempah, hanya garam”
kata kakek sambil mencampurka bumbu kedalam bubur “Jadi ibaratkan warga negara
Indonesia, yang berbeda baik suku maupun agama jika bersatu akan memberteguh
bangsa Indonesia, dan tidak akan bisa jika bangsa Indonesia tidak bersatu,
ibarat suku batak hanya bisa bersatu dengan yang satu suku tidak akan
mewujudkan jiwa persatuan dan keteguhan dalam suatu bangsa, benarkan kek?”
kataku sebagai bentuk pahamku
“Ya benar, potongan ayam dan kacang
kedelai ini ibaratkan kedewasaan, setelah daging ayam kacang kedelainya matang dengan proses masak
disertai bumbu maka akan menambah keistimewaan dan kelengkapan, sikap dewasa
suatu individu jika digabungkan satu sama lain akan memajukan kesejahteraan dan
kemakmuran bagi Indonesia” kata kakek lalu mencampurkan ayam kedalam bubur.
“lalu untuk apa sambal dan kerupuk pangsitnya?” tanyaku pada kakek “Indonesia
terkenal dengan ciri khas sambalnya yang pedas, ini melambangkan ciri khas
tekat dan keberanian bangsa indonesia yang luar biasa, lalu kerupuk pangsitnya
memberi arti sebagai pelengkap yaitu negara kita ini akan lebih lengkap jika
ditaburi dengan kejujuran” jawab kakek, dan dua porsi bubur ayam spesial pun
telah siap.
“dan satu lagi, walau kita sudah
membuat bubur nasi ini menjadi pengganti nasi namun kita tidak boleh lalai
lagi. Jika kita memasak nasi maka masaklah nasi, jangan samapai kita melakukan
kesalahan untuk kedua kalinya, jika kita sudah menjadikan bangsa Indonesia
lepas dari keterpurukan maka jangan sampai Indonesia kembali kedalam
keterpurukan, bubur ini hanya sebagai salah satu cara penggambaran nasionalime,
jika ini adalah nasi maka kamu akan membuat lebih dari ini semua.” Jelas kakek
Kakek benar, jika bubur aku hanya
bisa menambah bebrapa pelengkap maka bila nasi aku bisa menambahkan ikan, ayam,
dan sayur mayur tanpa menghilangkan satu bentuk pelengkap dari bubur, saat
terpuruk aku bisa bersikap bersatu, dewasa, tekat, keberanian dan kejujuran
maka setelah lepas dari keterpurukan aku bisa menambahnya dengan prestasi dan
masih banyak lagi. Aku belajar dari semangkok bubur nasi, dan aku bisa
menyampaikan ini kepada Andien dan Dony bahkan seluruh Rakyat Indonesia.
‘Jika kau dapat
mengubah kesalahan menjadi istimewa, maka jangan kau ulangi kesalahan yang sama
namun mempertahankan keistimewaan menjadi lebih’
Sabtu, 23 April 2016
Danung Danar
“Ibu....
ibu di mana ibu!” jerit Lucia dalam desakan orang-orang yang panik
menyelamatkan diri dari tembakan dan ledakan yang menggebuh-gebuh “Lucia....
lucia.... kamu dimana nak” jerit sang Ibu yang menerobos arus langkah-langkah
manusia yang ketakutan.
Seseorang
menarik Lucia dan membawanya bersembunyi dari kerumunan, mendekap erat gadis
kecil itu dalam pelukannya. Tepat pada saat itulah sebuah bom bunuh diri
kembali meledak ditenga kerumunan orang-orang, Lucia menutup telinganya dengan
kedua tangannya, tangisannya membisu ia gigit bibir mungilnya seakan tak mau
bersuara.
Setelah
beberapa lama hujanpun turun menghapus debu dan membasahi jasad yang berserakan
korban ledakan, Lucia melangkah keluar dari persembunyiannya dan melihat
keadaan yang begitu menyayat hatinya, ditatapnya orang yang menyelamatkannya
itu, seorang pemuda yang entah dari mana yang telah melindunginya.
Lucia
kembali melihat sekelilingnya dan seketika tatapannya terpanah kearah seorang
wanita yang telah terbujur kaku berlumuran darah dan air hujan, Lucia langsung
berlari kearah wanita itu “Ibuuu.....” teriak Lucia air mata dan air hujan
membasahi pipinya di genggamnya tanangan sang ibu.
Pemuda
yang menolong Luciapun membawa jasad ibu Lucia dan pergi bersama Lucia menjauh
dari tempat yang mengerikan itu.
***
Malam
yang kelam Lucia duduk menatap langit didepan gubuk tua sore hari tadi adalah
waktu terakhirnya melihat wajah sang ibu “Ayah keman mereka membawamu, ibu
telah pergi, bersama Kak Radit dan Kak Ayu, kenapa semua pergi? Lihatlah bahkan
langitpun sepi tak berbulan dan berbintang” ucap Lucia dalam Tangisnya yang
pilu memecah kesunyian dalam dinginnya malam.
Pemuda
yang menyelamatkannyapun duduk disampingnya, Lucia menatap pemuda itu dengan
mata berbinar “Terimakasih karena Kak Danung telah menyelamatkanku” kata Lucia
pada pemuda tersebut yang bernama Danung
“Sebenarnya aku minta maaf karena tidak dapat
menyelamatkan Ibumu, karena terlalu panik aku tidak sempat memperingati orang
di sekiramu. Padahal ada seseorang yang tampak jelas olehku bahwa dia akan
meledakkan dirinya” balas Danung. “itu yang dinamakan takdir, memang kakak
mungkin akan menyelamatkan mereka semua termasuk ibuku, tapi saat itu kakak
tidak dapat melakukannya, setidaknya kakak telah berjasa, dan aku
berterimakasih atas itu!” kata Lucia
Wajah
sedih Lucia mulai larut dalam canda tawa disisi Danung, setelah beberapa lama
tampak dari kejauhan ada seseorang berjalan kearah mereka, wajahnya mirip seperti Danung hanya
saja tubuhnya sedikit lebih tinggi “Danar dari mana saja kamu?” tanya Danung
pada orang itu, orang yang bernama Danar itu hanya diam dan masuk kedalam gubuk
tua disusul oleh Danung dan Lucia
“Aku
yakin bahwa mereka adalah pemberontak yang berada dibawah kendali negara lain
untuk merebut kekuasaan di negara kita!” kata Danar dengan tatapan tajam penuh
keyakinan “Jika memang benar begitu atas dasar apa?” tanya Danung, Danarpun
terdiam sejenak dan memikirkan sesuatu
“Pengeboman
sudah dilakukan di 21 wilayah dinegara kita, korbannya adalah waga sipil, dan
mereka menggunakan taktik yang sangat hebat sehingga pergerakkan mereka tidak
diketahui dan selalu mendadak” jelas Danar “Kemana kita berkumpul?” tanya
Danung “SC69” jawab Danar , Danung membuka sebuah pintu rahasia menuju sebuah
lorong panjang, Danung, Danar dan Luciapun masuk kedalamnya.
***
Mereka
berhenti didepan sebuah pintu besi yang bertuliskan SC69, Danung membukanya dan
merekapun masuk kedalamnya, mereka berada didalam sebuah ruangan besar,
dindingnya dipenuhi oleh layar-layar monitor, di tengah ruangan terdapat layar
hologram, suasana yang berbeda membuat Lucia terpaku, Danung dan Danar sibuk
mengotak atik semua tombol memeriksa satu persatu rekaman pada monitor di
ruangan tersebut.
“Menurut
informasi yang aku terima pemberontak meledakkan sebuah bom di suatu wilayah,
saat semua perhatian tertuju pada wilayah tersebut mereka meledakkan bom secara
serentak diwilayah lain” kata Danar “Itu merupakan taktik mereka untuk mengalihkan
perhatian agar mereka bisa berhasil tanpa diketahui rencana mereka, pantas saja
sangat sulit untuk melacak pergerakan mereka” balas Danung
Danar
mengangguk “Kita bergerak seperti tikus tanah, memiliki terowongan dan markas
bawah tanah, tentu mudah bagi kita melacak mereka” kata Danar, “Apakah ada dari
PBB telah menangkap para permberontak?” tanya Danung “Ya tapi mereka bunuh diri
sebelum diintrogasi, semua itu hanya untuk menutupi indetitas dan rahasia
kelompok mereka!”Danar “Aku bisa gila, tiga bulan sudah semua ini berjalan,
terlalu banyak korban yang berjatuhan, apasih yang melatar belakangi semua ini”
keluh Danung.
Selama
berjam-jam mereka berada diruangan tersebut, Lucia hanya duduk manis disalah
satu kursi melihat dua pemuda itu bekerja seakan tak henti-hentinya mengotak
atik semua tombol dalam perdepatan yang tak kunjung usai.
***
Merekapun
beristirahat digubuk tua, saat fajar tiba Danung telah sibuk dengan makanan-makanan yang dipersiapkan untuk
sarapan, Lucia masih tertidur pulas, terlihat dari wajahnya seakan-akan sekian
lama ia bisa benar benar tertidur tanpa batasan waktu, karena semalaman
menemani mereka bekerja Danar dan Danung tidak tega membangunkannya.
Saat
Danung menyiapkan sarapan, Danar sanangat sibuk dengan kabel-kabel
dihadapannya, ia berusaha menyelesaikan robot mininya yang kedua puluh karena
ini robot yang terakhir, setelah
beberapa lama Danung berseru “Sarapan siap” serentak dengan Danar
“Robotku siap” dan membangunkan Lucia.
“Apa
yang siap kak?” tanya Lucia duduk diatas ranjang bambunya sembari mengusap
matanya yang masih terpejam, mata kedua pemuda itu tertuju pada Lucia, niat
mereka tak ingin membangunkannya tapi seruan mereka malah berbuat sebaliknya.
Danang tersenyum dan menghampiri gadis kecil itu, “Sarapannya sudah siap, jadi
kamu cuci muka dan tanganmu, lalu kita sarapan bersama” kata Danung
Mereka
bertiga sarapan bersama, danar masih ingat dulu dia dan Danung sarapan di gubuk
ini bersama adik mereka yang telah meninggal akibat pemberontakan itu, Lucia
kini hadir seakan pengobat rindu akan sosok sang adik, Danungpun merasakan hal
yang sama.
Setelah
sarapan Danar menyiapkan robot-robotnya kedalam rensel, “aku akan kemarkas
pusat, jadi tetaplah disini,setelah delapan hari aku akan pulang” kata Danar
“aku ikut, dan akanku ajak Lucia”balas Danung “Kau tahu, kau adalah adikku,
keluargaku satu-satunya, dan juga Lucia hal baru dalam hidupku, dan aku tidak
mau kehilangan kalian, jadi tetaplah disini” jawab Danar. Danungpun terpaksa
mengikuti kata kakaknya, dan tetap bersembunyi bersama Lucia.
Dalam
perjalanannya dihari kedua, danar mendapat serangan dari pemberontak, sebuah
peluru menembus lengan kirinya, dia berlari menyelamatkan diri, tidak jauh
darinya ada sebuah anak sungai Danar menceburkan dirinya dan akhirnya ia bisa
lolos.
Dimarkas
pusat ia menggunakan robotnya untuk menjadi mata-mata, namun karena lukanya dia
baru bisa pulang setelah hari kesepuluh, dan itu telah membuat Danung cemas ia
khawatir jikalau kakaknya tertangkap pemberontak dan ditahan apalagi sampai
dibunuh karena tindakkannya. Sampainya Danar digubuk Danung sangat marah pada
kakaknya yang tidak tepat waktu, air matanya menetes, apalagi ia melihat tangan
Danar yang terluka, ia sangat cemas dan jika apa yang ia takutkan akan terjadi.
“Maafkan
aku, lagi pula kau tak pantas menangis kaukan laki-laki” kata Danar, “Jika aku
menangis karena bersyukur akan keselamatanmu itu tidak apa-apa, aku tidak mau
jika menangis karena kehilanganmu” marah Danung, Danar mengerti kalau adiknya
sudah cukup kehilangan wajar saja jika Danung marah karena ia tidak tepat
waktu.
Setelah
Danar hampir pulih mereka pun berpindah tempat kesebuah pondok yang tidak jauh
dari gubuk mereka, disana telah ada beberpa orang yang menyambut mereka. Dari
dalam pondok keluar seorang gadis berambut coklat yang langsung membawa danang
kesebuah ruangan didalam pondok.
Gadis
itu membuka perban yang menutupi luka danar lalu memukul bahu Danar “agh,
sakit, apa-apaan sih, lenganku terluka tapi malah dipukul” ketus Danar “kau
seperti anak kecil, lagi pula yang aku pukul itu bahumu, karena ini sekian
kalinya kecerobohanmu terulang, aku yakin adikmu pasti marah” kata gadis itu
“ini bukan salahku, lagi pula tentu saja Danung marah apa lagi aku tidak tepat
waktu untuk sampai digubuk, dia bagai singa” kata Danar, gadis itu hanya
tersenyum sambil megobati lika Danar.
“Seperti
biasa lukamu cepat pulih, untung saja lenganmu yang tertembak bukan jantungmu”
kata gadis itu “kalau jantungku yang tertembak kenapa?” kenapa tanya Danar “ya
berhenti berdetaklah” kata gadis itu menghempas lengan Danar yang telah
diperban kembali dengan pelan lalu keluar dari ruangan tersebut, Danangpun
tersenyum melihat gadis itu.
Setelah
itu Danung, Danar, Lucia dan beberapa orang pergi keruangan SC69 dengan sebuah
kereta troli, sesampainya duruangan tersebut Danarpun memeriksa rekaman situasi
markas pemberontak yang sikirimkan melalui sinyal dari robotnya. Saat sedang
melihat rekaman tersebut tiba-tiba Lucia mendekati monitor itu dan ,menyentuh
layarnya yang menampilkan sesosok laki-laki yang sedang ditarik dengan tali
secara paksa
“Ayah....”kata
Lucia pelan, “ternayta anak ini adalah anak jendral”seru salah seorang dari
mereka, danungpun memperhatikan tanga Lucia terdapat gelang tembaga dengan
kotak yang sangat kecil ditengahnya. “Lucia bolehkah ku pinjam gelangmu?” kata
Danung. Lucia mengangguk dan memberikan gelangnya, ternyata terdapat chips
memori didalamnya.
Ternyata
berisikan letak dimana dokumen rahasia negara disimpan, dan juga rahasia dari
pemberontak, dilihat oleh mereka nama anggota pemberontak tersebut, alangkah
tercengangnya mereka ternyata seluruh pemberotak itu adalah orang dari negara
itu sendiri, dan ternyata ayah Lucia tertangkap setelah penyamarannya
terbongkar.
“Selama
ini aku salah, rupanya mereka tidak berada dibawah kendali negara lain
melainkan bertindak sendiri” kata Danar “ya, selama ini negara ini diperangi
oleh rakyatnya sendiri” balas Danung.
***
Televisipun
dimatikan oleh Papa “yaah Papa, kami ingin melihat kelanjutan film Danung
Danarnya” keluh Tomi “iya papa kok dimatikan televisinya” sahut Tika “tidak
perlu diteruskan, kalian tahu negara kita akan dijajah lagi” kata Papa “oleh
negara asing Pa?” tanya Tomi “bukan, tapi dengan rakyatnya sendiri” jawab Papa
“tapi kenapa” tambah Tika “ya karena
jika jiwa nasionalisme dan patriotisme telah pudar maka hal itu mungkin
akan terjadi” jawab Papa kembali, Tomi
Dan Tika mengangguk mengerti.
“Ayo
sekarang kita tidur sudah malam, besok kalian harus sekolah, jangan lupa sikat
giginya sebelum tidur” kata Papa “baik pa!” seru Tomi dan Tika. Malam ini kedua
anak kecil itu telah mengerti akan maksud Papa, dan bertekad untuk tetap
menjaga jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam diri mereka.
Langganan:
Komentar (Atom)
Hahaha.. Ado- Ado Bae Disebuah ruangan diadakan rapat panitia pelaksanaan acara, Bujang juga terlibat sebagai panitia acara. Saat ini ...
-
Bubur Ayam Azan berkumandang di setiap sudut negeri, kaki-kaki melangkah berdiri di atas sajadah, bersamaan menegakkan sholat,...

