Hahaha.. Ado- Ado Bae
Disebuah ruangan
diadakan rapat panitia pelaksanaan acara, Bujang juga terlibat sebagai panitia
acara. Saat ini mereka membahasa waktu pelaksanaan acara dan sepakat bahwa acara
dilaksanakan jam 9 pagi, kemudian mereka mebahas waktu undangan.
“Bang, bagaimana kalau jam nya di tulis jam 08.30 saja, soalnya
banyak orang kita ini jika diminta datang jam Sembilan, jam Sembilan itulah dia
berangkat dari rumah” saran Bujang
“Ya benarlah kata Bujang itu” kata panitia lain, akhirnya
merekapun sePakat untuk menulis jam 08.30 di undangan,
Saat hari pelaksanaan,
jam 08.30 tapi tamu undangan yang datang masih sedikit bahkan tidak sampai dari
setengahnya, para panitiapun menunggu paling tidak di jadwal aslinya acara
dimulai jam 9 dan mereka piker setengah jam itu sudah cukup.
Setelah jam 9 masih
sisa 10 orang yang belum hadir, panitia sepekat menunggu 5 menit lagi dan akan memulai
pembukaan acara. Bujang mengambil posisi dibelakang tamu undangan untuk
memastikan kegiatan acara bisa berjalan kondusif, dia mendengar percakapan
beberapa tamu undangan.
“Bagaimana ini acaranya? Katanya jam 08.30 tapi ini sudah setengah jam tapi masih belum mulai acaranya”
“Wah benar kamu bang, jam karet banget ini, tidak
jelas”
Bujang tau pasti bahwa
orang yang sedang mengobrol itu juga baru datang sekitar 15 menit yang lalu, Bujang
menghela safasnya
“huuuhhh….hahaha ado ado bae” gumam Bujang
***
Siang itu Bujang sedang
duduk di pos kamling menonton bapak- bapak sedang bermain catur di temani kopi
dan ubi rebus, saat mereka sedang bermain seseorang menyapa mereka
“Assalamualaikum, wei lagi main apa ini” Sapa Pak
Hamadi
“Dak ado lah Bang” Jawab Pak Ihsan yang sedang
bermain catur bersama Pak Adi
“Iya Pak Mad, lagi main catur aja ini. Pak Mad mau
kemana?” Tanya Pak Adi pada Pak Hamadi
“Dak dolah Pak Adi, Cuma lewat aja” Jawab Pak Adi “Lanjut
lah Pak, Saya mau pergi dulu” tambahnya
“Iya lah, Pak hati- -hati” Kata Pak Ihsan
“Woi Jang, ngapain” tegur Pak Adi
“Nonton Pak Ihsan dan Pak Adi main catur aja, Pakcik*”
Jawab Bujang sambil tersenyum
“Oo baiklah, sudah saya pergi dulu bapak- bapak Assalamualaikum”
pamit Pak Hamadi
“Waalaikumsalam” Jawab bapak- bapak dan Bujang, Pak
Hamadi pun pergi.
Tak lama kemudian Pak
Ihasan melihat Wak Juned lewat sambil membawa dua kantong plastic berukuran
besar di kedua tangannya
“Dari mana wak?” Tanya Pak Ihsan
“Dak do lah*”
Jawab Wak Juned
“Wih, borong Wak kita nih” Goda Pak Adi melihat
kantong plastik yang dibawa Wak Juned
“Dak do lah bang, ini belanjaan istri saya” kata Wak
Juned
“Nah mana istrinya Wak, perasaan sendirian aja” Tanya
Pak Adi
“Mampir dulu di warung Nek Siti, lupa beli calok*.
Saya duluan ya, berat soalnya hehehe… Assalamualikum” kata Wak Juned lalu
kembali berjalan pulang
“Ya hati- hati Wak, waalikumsalam” Jawab mereka
Karena merasa sudah
cukup lama di sana Bujang pun berniat pulang kerumah
“Pak, saya pulang dulu ya” Kata Bujang
“Sudah mau pulang
saja, cepat sekali” Kata Pak Adi
“Nanti saja dulu” Tambah Pak Ihsan
“Sudah sore pak, Nanti Mak Bujang marah” canda Bujang
“Seperti budak* kecil saja kamu Bujang- Bujang” ledek Pak Adi
“Hehe, Maaf lah Pak, saya pulang ya, Assalamualikum”
pamit Bujang
“Waalikumsalam” Jawab bapak- bapak
Bujangpun pulang
kerumah, dia mengingat jawaban dari bapak- bapak yang selalu mengatakan ‘dakdo
lah’ dan merasa itu sedikit unik
“Hahaha… ado- ado bae” gumam Bujang
***
Pagi itu Mamak pulang
dari pasar membawa tiga buah durian. Mamak meletakkan semua durian di lantai
dapur dan memangil Bujang
“Bujang ooh Bujang, Bantu dulu Mamak kupas durian
ini”
“Buat apa Mak?”
“Untuk membuat Tempoyak”
“Baik Mak”
Bujang pun lalu
membelah buah durian tersebut dan mengambi isinya dan di masukan kedalam baskom
berukuran sedang
“Jang, langsung dipisahkan saja bijinya, beri garam
juga sedikit”
“Iya mak”
Setelah Bujang mengupas
semua duren Bujang memisahkan daging dan biji durian, kemudian biji duriannya
diberi garam dan diaduk
“Mak , mau disimpan diaman Tempoyaknya?” Tanya Bujang
“Masukkan kedalam toples aja” Jawab Mamak
Bujang memasukkan
Tempoyak kedalam toples dan menempeli toples dengan kertas kemudian menuliskan
kata ‘Jangan Dimakan’ lalu menyimpannya di dalam lemari dapur,
Setelah dua hari Bujang
membuka toples Tempoyak sebentar dan meninggalkannya di atas meja makan. Supik
adik perempuan Bujang baru saja pulang dari sekolah, dia langsung berjalan
kedapur karena ingin memakan sesuatu. Diciumnya aroma durian yang harum di
dapur, beberapa hari lalu dia melihat kulit dan biji durian di tempat sampah,
dia merasa kecewa karena dia tidak di sisakan. Supik puk mencari asal wangi
durian itu dan melihat bahwa asalnya dari toples yang ada di meja. Supik
mengambil toples tersebut dan membaca tulisan di toples
“Jangan dimakan,
iih, pelit” ketus Supik, namun dia tetap membuka toples tersebut dan mencicipi
isinya
“oooeeeek, apaan nih” Supik memuntahkannya
“Kenapa?” Kata Bujang yang langsung pergi ke dapur
saat mendengar suara Supik
“Apa ini Bang? Sudah basi ini ya?” Tanya Supik, wajahnya
terlihat lucu karena dia baru pertama kali memakan tempoyak, rasa asam yang
aneh memenuhi mulutnya
“Itu Tempoyak belum jadi, kenapa kamu makan hahah…
kan sudah ada tulisannya jangan dimakan?” Bujang tertawa melihat adiknya
“Ih, Supik mau makan durian Bang… bleeek.. gak enak”
tubuh Supik bergidik jijik dengan sesuatu yang dia rasakan di mulutnya
“Hahaha… Ado- ado bae… Supik- Supik…Hahaha” Bujang
tak bisa menahan tawa karena kecerobohan adiknya sangat lucu.
*)
Ado- ado Bae = Ada- ada saja.
Bujang = Panggilan untuk anak laki= laki
Supik = Panggilan untuk anak perempuan
Calok= Terasi
Dak do/ dak dolah = tidak ada. (dalam pecakapan ini
kata tersebut hanya sebagai basa basi)
Budak = anak- anak
Pakcik = Adik dari ayah/ ibu
Mamak = Ibu
Wak/ uwak = panggilan saudara ayah/ ibu yang lebih
tua, bisa juga digunakan sebagai panggilan pada seseorang yang lebih tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar