Rabu, 14 Juli 2021

Tempoyak Mak Uwo

 

Tempoyak Mak Uwo

Syela Mahliga W  

Setelah menerima rapor, sekolah diliburkan selama dua minggu, Mayang sudah meminta kepada Ayah dan Bunda untuk berlibur di rumah Mak uwo nya karena sudah lama dia tidak ke sana. Mak uwo adalah kakak dari ayahnya, terakhir dia ke sana sekitar 3 tahun yang lalu, dia ingat saat berlibur ke sana Mak uwo memasak makan- makan yang lezat, dia juga merindukan semua kegiatan menyenangkan saat berada di sana.

Hari kamis saat masih pagi, sehari setelah menerima lapor Ayah dan Bunda mengantar Mayang ke rumah Mak uwo, mereka menempuh perjalanan dengan mobil dari kota Jambi ke Muaro Jambi. Saat berada di desa tempat Mak uwo tinggal, kita akan melihat rumah- rumah panggung dan pohon- pohon pinang di kanan kiri jalan yang tumbuh berjejer. Mereka sampai di depan rumah Mak uwo, itu adalah sebuah rumah panggung yang terbuat dari kayu, rumah itu terlihat sudah tua namun masih kokoh. Begitu tiba di sana Mayang dan orang tuanya disambut dengan sangat ramah oleh Mak uwo.

 Bunda memeluk erat Mak uwo, mereka adalah saudara yang sedang melepaskan kerinduan. Mak uwo melihat ke arah Mayang

“Cantiknya, sudah besar ya sekarang, sini peluk dulu” Mak uwo memeluk Mayang

“ Makwo apa kabar” sapa Mayang setelah lepas dari pelukan Mak uwo

“Alhamdulillah baik, Mayang sekarang cantik sekali” Mak uwo tak henti- hentinya melontarkan pujian pada ponakannya. Sosoknya yang sangat penyayang pada anak- anak membuat Mayang sangat menyukainya.

Mak uwo tinggal sendiri karena suaminya telah lama meninggal dan anaknya merantau ke Jakarta, jadi dia sangat bahagia jika keluarganya datang. Mak uwo menyuguhkan mereka dengan kue putri kandis yang manis ditemani teh hangat, Mak uwo memang hobi memasak makanan, tidak heran jika ada beberapa makanan lezat tersedia di rumah Mak uwo.

Suasana menjadi sangat hangat, karena keluarga yang sudah lama tidak berjumpa kini berkumpul dan berbincang- bincang bersama. Namun orang tua Mayang harus kembali ke kota karena mereka masih harus bekerja besok.

“Mayang jangan nakal ya” pesan ayah pada Mayang

“Siap ayah” Mayang tersenyum dan kemudian memeluk Ayah dan Bunda, sebenarnya berat bagi kedua orang tuanya meninggalkan putri mereka, namun mereka sangat mempercayai Mak uwo dapat menjaga Mayang dengan baik.

Setelah Ayah dan Bunda pergi, Mak uwo mengajak Mayang untuk pergi ke dapur, sampai di dapur mayang melihat ada beberapa buah durian tergeletak di lantai. Sebenarnya sejak pertama sampai di rumah itu Mayang sudah penasaran karena dia mencium bau durian, karena aromanya yang menyengat dan manis membuat Mayang ingin memakannya.

“Wah, ada durian” Mayang terdengar girang, dia sangat ingin memakannya

“Itu duriannya mau dijadikan tempoyak” kata Mak uwo sambil mengambil durian- durian itu

“Yaah, gak boleh di makan aja ya Makwo? Mayang mau makan duriannya, tapi memangnya  gimana bikin tempoyak dari durian?” Mayang kecewa namun juga penasaran, dia ingin tahu bagaimana cara membuat tempoyak durian.

“Nah inikan duriannya ada 3, satu untuk Mayang makan dan dua lagi kita buat jadi tempoyak”

Mak uwo memisahkan satu buah durian untuk Mayang, sebenarnya Mayang masih tidak puas karena juga sudah lama dia tidak makan durian, tapi dia tidak boleh serakah. Mak uwo lalu mengajak Mayang membuat tempoyak, tapi sebelum itu Mak uwo menyuruh untuk mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan plastik.

“Nah, sekarang mari kita buat ya tempoyak nya” Mak uwo mengambil pisau dan membelah dua duriannya. Mayang membantu mengambil isi buah durian dan memindahkannya ke dalam baskom kecil. Setelah dua durian itu di ambil isinya, Mak uwo memasukkan kulit duriannya dan meletakkannya di pintu belakang agar tidak tercecer, karena kulit durian yang berduri dan tajam, jika tersandung atau terinjak kaki bisa terluka.

“Sekarang duriannya mau diapakan Makwo?” tanya Mayang

“Ini biji sama dagingnya kita pisahkan dulu” Kata Mak uwo

Mayang dan Mak uwo pun memisahkan daging dan biji durian, Mayang benar- benar ingin memakan duriannya, namun dia takut nanti Mak uwo marah jika dia memakannya karena Mak uwo sudah menyisihkan satu buah durian untuknya.

Saat sedang memisahkan duriannya Mak uwo berdiri dan pergi mengambil sesuatu. Mayang yang tidak bisa bertahan dari aroma manis durian diam- diam langsung memasukkan satu biji durian dan mengulumnya.

Saat durian itu masuk ke mulutnya, dia bisa merasakan daging durian yang lembut dan manis lumer di mulutnya, dengan cepat dia memakan duriannya agar tidak ketahuan oleh Mak uwo karena diam- diam memakan durian. Dia bertingkah seperti pencuri kecil yang menggemaskan.

Sukses dengan satu biji durian, karena Mak uwo belum kembali Mayang memakan durian lagi, tapi saat dia memakan untuk ketiga kalinya Mak uwo sudah datang sebelum dia sempat mengeluarkan biji durian di dalam mulutnya. Mak uwo melihat Mayang dengan sebelah pipi yang menggembung tersenyum, dia tahu bahwa Mayang memakan duriannya.

“Hahaha, sudah tidak apa- apa, makan saja” Mak uwo tertawa melihat wajah pencuri kecilnya sangat imut, dia tidak mengira bahwa wajah Mayang yang panik dengan pipinya yang menggembung itu sangat lucu. Mayang merasa sangat malu.

Mayang melihat Mak uwo datang membawa  galon kecil berukuran 5 liter yang biasanya untuk wadah minyak, ternyata Mak uwo pergi untuk mengambil galon itu. Rasa penasaran Mayang muncul kembali namun dia masih merasa malu untuk bertanya pada Mak uwo.

Setelah di pisahkan antara daging dan bijinya, lalu daging durian dihaluskan dan  kemudian diberi garam, Mak uwo meminta Mayang untuk mengambil toples garam di atas meja.

“Makwo garamnya berapa banyak?” tanya Mayang sambil memberikan garam pada Mak uwo.

“Secukupnya saja, ya sekitar dua atau tiga sendok teh” kata Mak uwo sambil menaburkan garam dengan tangannya

“Tapi Makwo gak diukur dulu pakai sendok? kok langsung dicampur garamnya? nanti kebanyakan” Mayang bingung karena Mak uwo memasukkan garam tanpa menakarnya terlebih dahulu

“Makwo ini koki hebat, jadi tidak perlu diukur- ukur” canda Mak uwo dengan nada sombong.

Setelah diberi garam kemudian duriannya diaduk kemudian Mak uwo memasukkannya ke dalam  galon kecil tadi dan menutup rapat  galonnya.

“Loh kok dimasukin ke dalam  galon Makwo?”

“Ini biar duriannya terfermentasi, kita diamkan selama tiga sampai tiga hari, yah paling lama itu tujuh sampai sepuluh hari”

“Bukannya nanti busuk duriannya? Memangnya enak?”

“Kan tadi di kasih garam, duriannya nanti terfermentasi dan garamnya juga sebagai pengawet. Tentu enak dong, tempoyak Mak uwo itu pasti enak” Mak uwo sangat percaya diri bahwa tempoyak nya akan sukses.

Setelah membuat tempoyak, Mak uwo menyimpan  galon di dalam lemari penyimpanan. Lalu mengambil buah durian yang tersisa dan membelahnya

“Nah sekarang ayo kita makan duriannya”

“Yeey, akhirnya... terimakasih Makwo”

Mayang sangat senang, Mak uwo memang baik, bahkan dia tidak marah ketika melihat mayang yang diam- diam memakan durian untuk tempoyak. Sore itu mereka menikmati senja dengan ditemani durian. Mayang tidak sabar menunggu tiga hari lagi, dia penasaran bagaimana rasa tempoyak durian, apakah masih sama dengan durian yang dia makan saat ini.

Esoknya Mayang bermain bersama anak- anak yang tinggal di sekitar rumah Mak uwo. Siang itu hari terasa sangat panas, mereka pun mengajak mayang pergi mengambil tebu. Ada sekitar 5 orang anak termasuk Mayang pergi ke kebun milik salah satu tetangga Mak uwo. Sampai di kebun mereka menemui Pakcik Hasim, itu lah panggilan akrabnya di sana. Pakcik sedang memanjat pohon pinang.

“Pakcik boleh minta tebu?” tanya salah satu anak bernama Khobir dengar berteriak kencang.

“Boleh, tunggu sebentar Pakcik turun” teriak Pakcik dari atas.

Pakcik Hasim memang terkenal sangat dermawan dan menyukai anak- anak, hal itu membuat Mayang yakin bahwa semua orang dewasa di sini menyukai anak- anak. Sembari menunggu Pakcik turun, anak- anak mengumpulkan pinang yang berserakan di atas tanah, ternyata Pakcik sedang memetik pinang. Di desa ini memang terdapat banyak pohon pinang yang tumbuh berjejer, bahkan kita selalu disuguhkan dengan pemandangan pinang- pinang yang dijemur di halaman setiap rumah. Pakcik telah sampai di bawah

“Terimakasih, kalian anak- anak baik” puji Pakcik melihat pinang- pinang sudah dikumpulkan.

“Nah ayo kita makan tebu” Pakcik mengambil parang yang ada di dekat pohon pinang dan menuntun anak- anak ke kebun tebu yang jaraknya sangat dekat dengan tempat awal mereka.

Mayang merasa senang, sudah lama dia tidak memakan tebu. Pakcik meminta anak- anak berhati- hati karena batang dan daun tebu ditutupi bulu- bulu halus dan kulit mereka bisa saja terluka jika bergesekan dengan daun tebu. Pakcik memilih- milih tebu lalu menebas beberapa batang tebu, anak- anak merasa gembira. Pakcik memotong batang tebu menjadi beberapa bagian dan mengupas kulitnya, kemudian memberikannya kepada anak- anak. Mereka duduk di tengah- tengah kebun tebu dan menikmati kebersamaan sambil memakan tebu.

Jika tebunya terlalu tua maka akan sulit memakannya karena sudah keras, untunglah Pakcik memilih tebu yang bagus. Batang tebunya mudah digigit, saat kamu menggigitnya maka air tebu akan keluar, rasanya sangat manis namun ada sedikit hambar. Anak- anak terlihat asik menghisap batang tebu, menikmati tebu di siang hari memang cocok sebagai pelepas dahaga. Setelahnya mereka kembali ke rumah, Pakcik memberikan mereka masing- masing satu batang tebu sepanjang lengan orang dewasa untuk dibawa pulang.

Hari kedua menanti tempoyak, Mak uwo mengajak mayang ke rumah Pakcik Hasim, karena kemarin Pakcik baru memanen pinang, hari ini ibu- ibu pergi ke rumah Pakcik untuk mengupas pinang. Sesampainya di rumah Pakcik terlihat ibu- ibu yang berkumpul sambil berbincang – bincang di samping tumpukan buah pinang, tangan mereka terlihat lihat membelah pinang. Suasana yang akan kamu temui di desa- desa di Jambi, karena Jambi terdapat banyak pohon pinang, jadi mengelola pinang adalah hal yang lumrah dan menjadi kebiasaan masyarakat yang dilakukan bersama- sama.

Hari ketiga adalah hari sabtu, Mayang tidak sabar mencicipi tempoyak nya, namun Mak uwo berkata bahwa tempoyak nya belum boleh di makan. Mayang kecewa tapi dia tidak mau bertanya alasannya. Mayang yang kesal duduk di tangga depan rumah dengan memasang wajah cemberut, di tidak mau berbicara dengan Mak uwo karena marah. Mak uwo hanya bisa memaklumi sifat Mayang, tapi dia merasa bahwa wajah cemberut keponakannya itu menggemaskan, jadi dia tidak ada niatan untuk membujuknya.

Dari kejauhan Mayang melihat ada sebuah mobil yang mendekat, Mayang langsung teriak dan berlari kedalam rumah

“Makwo... Makwo... Ayah sama Bunda datang” teriak Mayang menghampiri Mak uwo dan menariknya keluar, Mak uwo hanya tersenyum kemana perginya wajah cemberut tadi. Melihat Ayah dan Bunda keluar dari mobil Mayang langsung berlari menghampiri, dipeluknya Bunda dengan erat. Mereka pun masuk kedalam rumah.

Di dalam rumah mayang bercerita tentang pengalamannya sambil duduk di pangkuan Ayah di ruang tamu, dia tampak sangat semangat. Sedangkan Mak uwo pergi bersama Bunda ke dapur. Mayang menceritakan tentang cara membuat tempoyak, bak seorang ahli dia menjelaskan prosesnya pada ayahnya, Mayang juga bercerita tentang pengalamannya dan teman- teman barunya memakan tebu di kebun serta kegiatan kemarin bersama Mak uwo mengupas pinang.

Setelah lama asik bercerita dengan ayahnya Mayang mencium aroma lezat dari dapur, dia pun pergi ke dapur, dilihatnya Mak uwo dan Bunda sedang memasak. Dia melihat wadah tempoyak telah dibuka

“Tempoyak nya mana?

“Ini” bunda menunjuk ke kuali, Mayang mencium aroma durian.

“Itu namanya tempoyak ikan baung” kata Mak uwo

Mayang tergiur, iya ingin mencicipi tempoyak ikan baung. Sebelum meninggalkan Mak uwo dan Bunda, Mayang diam- diam mencicipi sedikit sisa tempoyak yang ada di galon. Dia mencolek tempoyak dan memakannya. Ternyata rasanya tidak seperti durian biasanya, bukannya manis tapi rasanya malah asam, dia tidak menyukainya karena rasanya mirip durian busuk. Apakah rasa tempoyak ikan baung enak, pertanyaan itu ada kepalanya.

Setelah masakan matang, Bunda dan Mak uwo membawa makanan ke ruang tamu, Mayang dengan sigap membantu membawakan piring dan sendok. Saat makanan telah tersaji pandangan Mayang tak lepas dari tempoyak ikan baung kemudian saat dia melihat Ayah dan Bunda makan dengan lahap dia benar- benar penasaran.

“Coba aaak, cicip dulu” Mak uwo menyuapi Mayang, awalnya dia ragu namun akhirnya tanpa basa basi mayang menerima suapan Mak uwo. Rasa asam, manis, pedas dan gurih menjadi satu dan aromanya sangat nikmat, dia tidak menyangka rasanya sangat enak. Ayah, Bunda dan juga Mak uwo tertawa melihat ekspresi Mayang yang terkejut dan kagum, mereka tahu bahwa Mayang menyukainya.

“Rasanya kok enak banget, Mayang mau lagi Makwo”

Mak uwo kembali menyuapi Mayang, mereka makan bersama dan menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. Itu adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan dan sangat berharga bagi Mayang, terutama dia bisa berkumpul bersama orang- orang yang dia sayangi. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hahaha.. Ado- Ado Bae   Disebuah ruangan diadakan rapat panitia pelaksanaan acara, Bujang juga terlibat sebagai panitia acara. Saat ini ...